Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Serangan
Dengan memperhatikan sederetan dari
pendekatan teoritis tentang dampak dari kegiatan pariwisata, khususnya
yang didasari atas tinjauan perencanaan dan beberapa disiplin lainnya,
dimana pembahasan dampak yang meliputi dampak fisik, ekonomi dan sosial
budaya maka perlu dilihat implementasi dari teori tersebut di suatu
daerah tujuan wisata yang ada di Bali yaitu di desa Serangan, Kecamatan
Denpasar Selatan, Denpasar.
Bali yang menjadi barometer pariwisata
Indonesia tidak pernah luput dari dinamika sebagai bagian yang harus
dihadapi sebagai kenyataan. munculnya mekanisme pengendalian
perkembangan pariwisata yang lebih rapid an berencana sebagaimana yang
dikenal dengan Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau
memposisikan pariwisata Bali dengan antisipasi secara baik terhadap
beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa mendatang. Model Sceto
Plan ini terbukti dapat menekan kesemerawutan perkembangan pariwisata
Bali, khususnya pada wilayah yang direncanakan dalam model tersebut.
Desa Serangan sebagai salah satu obyek
pariwisata di Bali tak luput dari perhatian banyak pihak terutama yang
berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat potensi yang
dimiliki desa Serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek
pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah
seluas awalnya adalah 112 hektar Sejak adanya proyek pengembangan pulau
Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development (BTID) maka ada
perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan
tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui
reklamasi sebanyak 379 hektar sehingga luas seluruhnya setelah
direklamasi menjadi 491 hektar (Lemlit Unud, 1995). Proyek yang dibangun
dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan milyard
tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara
mereklamasi pantai di sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian
di utara pulau Serangan
Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau
Serangan dengan jelas masih terpisah dari pulau Bali. Sedangkan sejak
adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul terhubung
menjadi satu dengan pulau Bali. Maka secara fisik tidak hanya pulau
Serangan yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu
sendiri. Dari sisi dampak positif, maka hal ini nampak sangat positif,
karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah dalam melakukan
kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui
transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan
lebih cepat dan lebih mudah.
Disamping dari sisi transportasi, dampak
fisik dari pengembangan pulau Serangan adalah juga memberikan peluang
kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman, prasarana pariwisata,
areal lahan pariwisata pembangunan sarana keagamaan, dan mendukung
pelestarian benda cagar budaya. Oleh karena pantai disekitar pulau
Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi
pantai serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat
positif terhadap perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari
dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada di bagian selatan pulau
Serangan selanjutnya menempati wilayah
reklamasi di Banjar Dukuh dan Banjar Kawan. Demikian juga pada
pembangunan prasarana pemerintahan khususnya tempat pembangunan Kantor
Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut menyebabkan
lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan
lebih baik dari sebelumnya.Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak
diadakannya reklamasi secara fisik di pulau Serangan telah memberikan
peluang yang lebih luas dan nyaman untuk kegiatan pariwisata seperti
untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan wisata
lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan
bahwa dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah
Rai dan pulau Serangan, kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena
transport yang menuju desa Serangan lebih mudah dibandingkan dengan
sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana pariwisata tersebut.
Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana
pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif
terhadap prasana peribadatan berupa perluasan lahan parkir untuk
persembahyangan, perluasan lahan untuk antre bagai pada pemedek (umat
yang akan bersembahyang) saat piodalan atau hari keagamaan lainnya.
Dengan semakin luasnya wilayah pulau
Serangan maka secra positif bagi penduduk setempat merasa lebih nyaman
untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan terjadi bencana
yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang
masih kosong tanpa ada bangunan fisik, mengisyaratkan bahwa perluasan
pulau serangan akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa
mendatang, termasuk pembangunan dan pengembangan pariwisata.
Selain dampak positif, dampak negatif
yang ditimbulkan secara fisik dari pengembangan pulau Serangan juga bisa
terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak laut pada pesisir
pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan, ombak
laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali,
maka sekarang tidak ada lagi liukan ombak sebagaimana sebelumnya,
sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada
sisi-sisi daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1
sampai 10 mil laut dari pulau serangan. Secara jelas dapat dilihat
adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar Sanur, bahkan
sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota
laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran
air laut yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut
tersebut.
Dari sisi ekonomi dapat dilihat beberapa
contoh positif dari dampak pengembangan pariwisata di desa Serangan,
diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi semakin maju
karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancer. Masyarakat
dapat secara langsung bepergian ke Denpasar melalui kendaraan darat
seperti sepeda motor atau mobil, bahkan terkadang ada mobil angkutan
umum yang bisa langsung mengantar masyarakat ke tujuannya dengan beban
biaya yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka
kegiatan ekonomi masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama
dalam hal menyalurkan hasil-hasil produksi masyarakat desa. Beberapa
dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah adanya
bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah. Adanya kegiatan
pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan
penyu, sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana, salah seorang dari
penduduk asli di desa Serangan.
Disamping konservasi, penyu-penyu yang
ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi
masyarakat Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan.
Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan. Selain, kegiatan ekonomi yang
telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada pembudi
dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih
mudah dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan.
Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh
pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas
desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang
dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan tarip
Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara
mobil Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya
digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan
sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.
Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa
Serangan berakibat pada meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat
pulau Serangan untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara komunal bisa
dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada
tingkat utama. Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya
masyarakat desa Serangan dalam bidang penguasaan bahasa internasional,
komunikasi internasional, melakukan bisnis pada tingkat internasional,
serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional
Beberapa contoh diatas telah cukup
memberi gambaran yang positif terhadap dampak positif yang ditimbulkan
oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian, tidak
bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang
sangat besar kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin
meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Bali, maka semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan, dan pasti
semakin besar pula keuntungan ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa
tersebut.
Selain dampak fisik, ekonomi yang telah
dipaparkan diatas, maka tidak dapat dihindarkan pula adanya dampak
sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan obyek wisata pulau
Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan
laut. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat.
Setelah adanya pengembangan maka banyak dampak yang secara sosial budaya
baik positif maupun negatif yang muncul.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.
Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak
berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas, tetapi dipihak lain
seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga
merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan
pertimbangan sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang
dianggap sebagai wisatawan, tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan
dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya karcis masuk tersebut dilakukan
pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak semestinya dikenakan
karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat
nuansa pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi
masyarakat Bali sendiri.
Secara positif, masyarakat desa serangan
menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan telah mulai adanya
sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke
jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana, demikian
juga terhadap kehidupan politik masyarakat dimana tokoh-tokoh politik
juga telah mulai muncul dari pulau Serangan . Nilai sosial budaya yang
muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu
masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial
budaya yang secara positif dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa
Serangan telah tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia yang
semakin moderen.
Budaya masyarakat yang awalnya
mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi
lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olah raga laut
(water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar