dampak Pariwisata terhadap Perekonomian, Lingkungan, Kebudayaan, dan dari aspek sosial, serta dalam bidang politik
Dampak Pariwisata terhadap Perekonomi
Dampak Pariwisata Terhadap
Perekonomian Industri pariwisata menghasilkan manfaat ekonomi yang besar baik
bagi Negara tuan rumah, maupun Negara asal para turis. Salah satu motivasi
utama sebuah Negara mempromosikan dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata
adalah timbul kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang.
Bersamaan dengan dampak lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga
terjadi dengan berbagai keuntungan dan kerugian. Dapak besar pariwisata
terlihat dari data World Tourism Organization, pada tahun 2000, 698 juta orang
melakukan perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US
dollar. Gabungan dari pendapatan pariwisata internasioanl dengan pendapatan
transportasi maka menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat
pariwisata menjadi penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk
otomotif, bahan kimia, minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian
tersembunyi dari pariwisata yaitu, adanya dampakdampak pada ekonomi yang tidak
diharapkan oleh penduduk setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah
Negara maju lebih tinggi dari Negara berkembang. Padahal Negara berkembang
lebih membutuhkan pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup
lewat pariwisata. Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai alasan muncul antara
lain, karena adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari Negara
tuan rumah, kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.
Dampak Positifnya
1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk
lokal di bidang pariwisata seperti : tour guide, waiter, bell boy, dan
lain-lain.
2. Dibangunnya fasilitas dan
infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara
langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti
: tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.
3. Mendapatkan devisa (national balance
payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange).
4. Mendorong seseorang untuk
berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan, penyewaan papan
selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat
dan juga pendapatan pemerintah.
6. Memberikan keuntungan ekonomi kepada
hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan yang pergi berwisata bersama
keluarganya memerlukan kamar yang besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak
ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena
permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah.
Dampak
negatifnya
1. Bahaya ketergantungan yang sangat
mendalam terhadap pariwisata.
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual
tanah menjadi mahal.
3. Meningkatkan impor barang dari luar
negri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan
pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya pemeliharaan
fasilitas-fasilitas yang ada.
4. Produksi yang bersifat musiman
menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal awal
5. Terjadi ketimpangan daerah dan
memburuknya kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat.
6. Hilangnya kontrol masyarakat lokal
terhadap sumber daya ekonomi.
Naisbitt
dalam “Global Paradox” menjelaskan bahwa pariwisata merupakan penyumbang bagi
ekonomi global yang tidak ada tandingannya di masa yang akan datang. Adapun
pertimbangannya adalah:
1. Pariwisata memperkerjakan 204 juta orang diseluruh dunia atau satu
dari setiap Sembilan pekerja, yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja.
2. pariwisata adalah penyumbangan ekonomi terkemuka di dunia, yang
menghasilkan 10,2 persen produk domestic bruto dunia .
3. pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak
sebesar $ 55 miliar.
Global
ekonomi dan perluasan pasar dunia merupakan dua fenomena yang keberadaannya
menyejarah. Pada saat ini globalisasi ekonomi dan perluasan pasar memiliki
kekuatan, cakupan dan kecepatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Secara konkirt globalisasi ekonomi ditandai dengan perubahan mode of production
masyarakat, yaitu dari subsistensi ke orientasi pasar-pasar regional, seperti
APEC, NAFTA, AFTA dsb. Secara kelembagaan menjelma dalam percepatan komersial.
Dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan sosial, seperti merebaknya
tindakan individu yang lebih didasarkan pada rasionalitas ekonomi (Heru
Nugroho, 1996).
Akibatnya terjadi akselerasi tindakan komersial di segala penjuru
masyarakat capital dengan leluasa dapat bergerak tanpa memiliki “bendera: dan
menembus setiap batas teritori Negara. Investasi modal yang dilakukan oleh
perusahaan trans-nasional tumbuh dan berkembang melanda setiap penjuru dunia
sehingga membentuk konfigurasi perekonomian global. Didorong oleh motif mengejar
keuntungan global. Didorong oleh motif mengejar keuntungan global maka telah
tumbuh tiga kawasan megamarket dunia (Heru Nugroho, 1996). Yaitu Uni Eropa,
Amerika utara dan Asia Timur dan Tenggara. Pertumbuhan ekonomi dunia
diperngaruhi life style terutama dalam memanfaatkan waktu luang sehingga wajar
kalau frekuensi mobilitas penduduk dunia tinggi.
Ada sebuah prediksi bahwa pada tahun 2005 mencapai 11.000.000 orang
ke Indonesia. Prediksi ini merupakan peluang sekaligus dunia yang semakin
global tuntutan pelayanan terhadap wisma berstandar international atau mengacu
pada rumusan WTO (Word Trade Organization).
Indonesia pada saat ini masih jauh tertinggal dalam menyerap arus
wisatawan yang berdatangan ke kawasan Asia Pasifik. Oleh karenanya belum banyak
memperoleh devisa dari sector pariwata guna pembangunan nasionalnya (JJ.
Spillane, 1995).
Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius
dari pembuat kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan
internasional, mengingat pariwisata di masa dating merupakan penyumbang besar
kesejahteraan ekonomi dunia.
Pada visa pariwisata Indonesia tahun 2005, industry pariwisata
nasional dicanangkan menjadi penghasil devisa utama. Mengingat wisatawan itu
membelanjakan uangnya yang diterima di Negara yang dikunjungi (Indonesia), maka
dengan sendirinya penerima dari wisatawan manca Negara merupakan fakta penting
agar neraca pembayaran menguntungkan. Pariwisata merupakan bagian darinya yang
dikaitkan tanpa dapat dilepas dengan sector ekonomi lain. Pemasukan dari
pariwisata itu tidak hany dari uang yang dibelanjakan oleh wisatawan, melainkan
dari pembangunan pariwisata yang menarik modal asing, seperti Hotel-hotel
bertaraf international dibangun, pembangunan sarana jalan, airport, pelabuhan,
kawasan wisata, telekomunikasi dan lain-lain. Akan tetapi penerimaan dari
pariwisata menambah besar volume uang di dalam masyarakat dan kondisi ini dapat
menimbulakan inflansi. Apabila produksi dalam negeri tidak bertambah. Hal
inilah yang menyebabkan di kawasan pariwisata harga-harga biasanya jauh lebih
mahal dari pada kawasan lain terutama yang bukan kawasan pariwasta.
Sarana pariwisata seperti hotel, restoran, perusahaan perjalanan
adalah merupakan usaha-usaha yang dapat karya (labour intersive). Selain itu
pariwisata juga menciptakan tidak langsung berhubungan dengan pariwisata
misalnya bidang konstruksi bangunan, jalan dan lain-lain.
Disisi lain dengan pembangunan pariwisata meningkatkan usaha sector
informal, juga menimbulkan menjamurnya pedagang asongan. Khusus untuk pedangan
asongan ini di beberapa kelemahan antara lain:
-
Dilakukan oleh anak-anak
dibawah umur, mereka cenderung mengutamakan uang dari pada sekolah.
-
Maraknya pedagang asongan
membuat kenyamanan wisatawan terganggu, karena ada unsur pemaksaan dari mereka.
-
Beralihnya tenaga kerja
sector produksi pertania ke perdagangan.
Salam dari mahasiswa pariwisata 2a MBP PNB
Dampak Pariwisata terhadap Llingkungan
Industri
pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan
alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan
fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan (Inseparability).
Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak
belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan
karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.
Lingkungan
fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi
lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan
lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan
peninggalan sejarah).
Secara
teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan bermanfaat.
Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan
digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata.
Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan
menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan
agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan
keduanya justru memunculkan konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi
lingkungan alam.
Dampak
pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah diidentifikasi
karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian, sebagai berikut :
1. Air
Air
mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel)
dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau
dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak alat
transportasi air seperti dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka
lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan
kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut
berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga
makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan
wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat
transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti
: perahu dayung, kayak, dan kano.
2. Atmosfir
Perjalanan
menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat. Namun, angkutan
udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya dilepas di udara
yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi
suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan
bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan
polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak
menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan.Inovasi
kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti
pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi
udara dan suara. Anjuran untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan
kampanye berwisata sepeda ditingkatkan.
3. Pantai
dan pulau
Pantai dan
pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan pulau
sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata.
Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan,
listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi
kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan
hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut,
hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai menjadi
beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai dan laut
menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman
laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan
ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh
pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket perjalanan yang
ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di
laut.
4. Pegunungan
dan area liar
Wisatawan
asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk berganti
suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya.
Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola
(cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakanbeberapa contoh
pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar. Akibatnya terjadi
tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa menjadi
paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena
gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan
di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya pencegahan
kerusakan pegunungan dan area liar.
5. Vegetasi
Pembalakan
liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api unggun di
perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan wisatawan
merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi degradasi
hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon yang
seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan,
bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan
habitat tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.
6. Kehidupan
satwa liar
Kehidupan
satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan terpesona
dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan satwa-satwa
tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan hewan sebagai cinderamata,
pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan,
gangguan reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan
(contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang dilindungi),
migrasi hewan (ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar berkurang,
akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah
menemukan satwa-satwa tersebut
7. Situs
sejarah, budaya, dan keagamaan
Penggunaan
yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan
keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs,
komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan
wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak
wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci.
Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara
berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas
daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan
pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta
renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut.
8. Wilayah
perkotaan dan pedesaan
Pendirian
hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah
kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat.
Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga
perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu
lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan
tanpa aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan
melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta
membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
Kesimpulan
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki keanekagaraman hayati yang sangat
tinggi yang berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan, udara
maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting
bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.
Sasaran
tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar
dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan
pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan, misalnya kepariwisataan,
pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam
pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan terdapat dampak positif dan
dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan alami.
Oleh karena
itu dalam pembangunan sektor kepariwisataan harus memperhatian kaidah-kaidah
pengelolaan lingkungan hidup mengingat salah satu unsur wisata adalah sumber
daya alam yang merupakan bagian dari lingkungan hidup. Pengembangan sektor
pariwisata yang tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup dapat berdampak
negatif pada perkembangan pariwisata itu sendiri pada masa yang akan datang.
Salam dari mahasiswa jurusan pariwisata MBP 2a PNB
Dampak Pariwisata terhadap Kebudayaan
Dampak yang
ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola
interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika
tersebut berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi
pembangunan berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan
peranan dalam merevitalisasi kebudayaan. Ciri positif dinamika tersebut
diperlihatkan dengan pola kebudayaan mampu meningkatkan pariwisata dan
pariwisata juga mampu memajukan kebudayaan. (Geriya, 1996: 49).
Paparan di
atas menandakan perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak yang positif
terhadap kebudayaan. Di sini akan terjadi akulturasi kebudayaan, karena adanya
interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan. Di samping itu,
kebudayaan-kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional
Indonesia akan terus berkembang. Ini disebabkan oleh adanya wisatawan (orang
asing) yang datang berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih dekat kebudayaan
asli tersebut. Hal ini tentunya juga menyebabkan terjadinya penggalian
nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Dengan demikian
pola kebudayaan tradisional seperti tempat-tempat bersejarah, monumen-monumen,
kesenian, dan adat istiadat akan tetap terpelihara dan lestari (sustainable).
Dampak
positif pariwisata terhadap kebudayaan seperti disebutkan di atas sejalan
dengan pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak
positif pariwisata terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:
a. Merupakan
perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat dinikmati
oleh penduduk setempat dan wisatawan.
b. Merupakan
dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola budaya
tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik, upacara-upacara
adat, dan pakaian.
c.
Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik.
d.
Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal.
Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan
yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita
wisatawan.
e. Mendorong
pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia di
bidang kepariwisataan yang handal
.
Perkembangan
pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan berbagai
dampak.
Secara umum
dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak
positif dari pengembangan pariwisata meliputi;
(1)
memperluas lapangan kerja
(2)
bertambahnya kesempatan berusaha
(3)
meningkatkan pendapatan
(4) terpeliharanya
kebudayaan setempat
(5)
dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.
Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata
tersebut akan menyebabkan;
(1)
terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
(2)
timbulnya komersialisasi
(3)
berkembangnya pola hidup konsumtif
(4)
terganggunya lingkungan
(5) semakin
terbatasnya lahan pertanian
(6)
pencernaan budaya
(7) terdesaknya
masyarakat setempat
Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya
masyarakat lokal antara lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya,
akulturasi budaya, dan revitalisasi budaya. Sedangkan dampak negatif yang
sering dikawatirkan terdapat budaya masyarakat lokal antara lain; proses
komodifikasi, peniruan, dan profanisasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak
pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal sebagaimana tersebut di atas
disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat lokal ingin memberikan hasil
karya seni atau kerajinan yang bermutu tinggi kepada pembeli (wisatawan); (2)
untuk menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya masyarakat lokal kepada
dunia luar; (3) masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya
komersialisasi .
Subadra (2006) memberikan batasan yang lebih jelas mengenai
dampak sosial-budaya pariwisata. Dampak positif sosial budaya pengembangan
pariwisata dapat dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat lokal
seperti kegiatan keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, dan diterimanya
pengembangan objek wisata dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal.
Sedangkan dampak negatif sosial budaya pengembangan pariwisata dilihat dari
respon masyarakat lokal terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya
perselisihan atau konflik kepentingan di antara para stakeholders, kebencian
dan penolakan terhadap pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah
sosial seperti praktek perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan seks (sexual
abuse).
Bali sebagai salah satu objek wisata utama di Indonesia
merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Oleh karena itu, Bali
memegang peranan yang penting dalam perkembangan pariwisata di Indonesia.
Sebagai
daerah tujuan utama bagi wisatawan, tentu Bali tidak terlepas dari dampak
pengembangan pariwisata dari segala aspek kehidupan termasuk kebudayaan.
Pengembangan pariwisata di Bali yang bertumpu pada kebudayaan Bali yang pada
dasarnya bersumber pada agama Hindu, menimbulkan adanya kegairahan penggalian,
pemeliharaan, dan pengembangan aspek-aspek kebudayaan terutama kesenian,
monumen-monumen peninggalan sejarah, dan adat istiadat. Tentu saja hal ini
memberikan efek ganda yaitu bertambahnya pendapatan masyarakat lokal dari
kegiatan ini sebagai konsumsi bagi wisatawan dan dapat menjaga kelestarian
aspek-aspek kebudayaan itu sendiri. Misalnya, pertunjukan berbagai kesenian
untuk wisatawan, adanya museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah yang juga
sebagai daya tarik wisatawan, dan berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat
unik.
Adanya dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan
menunjukkan adanya keselarasan ungkapan yang mengatakan “Pariwisata untuk
Kebudayaan”. Artinya, pengembangan pariwisata benar-benar memberikan dampak
yang positif terhadap perkembangan kebudayaan dalam arti yang luas. Ini
artinya, perkembangan pariwisata secara positif dapat memperkokoh kebudayaan
Indonesia.
Di samping memberikan dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah. Di samping pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sering juga terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen-monumen di luar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah suatu masalah yang dihadapi sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata budaya. Hal ini juga dialami oleh Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia.
Di samping memberikan dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah. Di samping pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sering juga terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen-monumen di luar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah suatu masalah yang dihadapi sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata budaya. Hal ini juga dialami oleh Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia.
Perkembangan pariwisata memang dapat menumbuhkembangkan
aspek-aspek kebudayaan seperti kesenian dan adat istiadat di Bali. Akan tetapi,
di balik itu ternyata juga muncul permasalahan akibat terlalu tereksploitasinya
aspek-aspek tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian yang awalnya hanya
dipentaskan untuk kepentingan upacara agama, kemudian dipertunjukkan untuk
kepentingan wisatawan. Demikian juga dijadikannya tempat suci sebagai objek
wisata. Ini merupakan fakta terjadinya komersialisasi budaya dalam pariwisata,
karena berubahnya atau bertambahnya fungsi di samping fungsi utamanya.
Di samping
terjadinya komersialisasi, tampaknya yang perlu juga menjadi pemikiran kita
bersama, yaitu pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai pendukung
kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan devisa yang dihasilkan dari
pengembangan pariwisata, digunakan oleh negara untuk melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke semua aspek pembangunan, sehingga
dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan. Padahal secara nyata
kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk
mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya untuk pariwisata”.
Dengan demikian, kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-besaran dan
hanya digunakan sebagai bahan promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga dan
melestarikannya. Kini banyak objek wisata yang tidak tertata akibat dana
pemeliharaan yang terbatas. Salah satu contoh konkret adalah Museum Subak yang
ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Museum ini meruapakan aset budaya Bali yang tak
ternilai harganya. Sayang, kini museum itu sepertinya hanya tinggal kenangan.
*Komersialisai
: menjadikan suatu barang sebagai barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan.
Salam dari mahasiswa PNB jurusan pariwisata 2a MBP PNB
Dampak Pariwisata dari Aspek Sosial
Pada sejumlah Negara yang sedang membangunan, pengenalan yang
terlalu dini pada pemikiran dan teknologi Barat dapat menciptakan beragam
masalah sosial. Pengenalan di sector pariwisata misalnya, bagi sebuah kawan
baru pada akhirnya mengubah gaya hidup sehari-hari penduduknya. Perkembangan
pariwisata yang terlalu cepat dapat meningkatakan angka kejahatan dan sekaligus
memperkanalkan perjudian, materialism, serta keserakahan (Denis L. Foster,
2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah Negara yang sedang berkembang
seringkali mengkhawatirkan akibat pariwisata pada karakter bangsa. Dengan
secara menyolok menempatkan wisatawan yang makmur di tengan-tengan penduduk
local yang miskin, pariwisata seringkali menimbulkan kegelisahan.
Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari
aksi sosial, dalam artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan
tingkah laku tiap individu, kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta
pengaruh kegiatan pariwisata dalam masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata
orang-orang bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari lingkungan
yang satu ke lingkungan lain yang sama sekali berbeda bangsa dan agama.
Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan
langsung dengan orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat
tujuannya, dan memperkenalkan adat kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang
kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan bertolak
belakang dengan tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi.
Gejala ini dapat membuat sector pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka
yang dapat mempengaruhi hubungan antar bangsa.
Oleh sebab
itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial ini
mengandung makna :
Memberikan
kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal kebudayaan
masing-masing dalam batas-batas tertentu.
Memberikan
kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar yang dimiliki
dalam pergaulan.
Kenyataan
bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah orang yang
sedang melakukan perjalan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Pariwisata
menjadi suatu manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini
menjadi kancah pertemuan warga dari berbagai bangsa dengan latar belakang yang
berlainan, lingkungan sosial beragam.
Dalam bentuk
interaksi antara wisatawan dengan masyaraka setempat wisatawan menghabisakan
waktunya di tempat-tempat yang exlusive, mewah, bersenang-senang menurut caranya
masing-masing. Mereka bermalas-malas dipantai, menyantap makanan yang mewah dan
berlimpah. Sementara penduduk setempat yang melayani sebagai pelayan restoran,
tukang cuci piring, bagian keamanan dan lain-lain. (Yohanes Sulistyadi. 1999)
Selain itu terjadi
pula adanya golongan yang mampu meniru tingkah laku wisatawan yang sebenarnya
tidak cocok dengan kebudayaan setempat. Golongan ini menjadi kelompolk elit
dalam masyarakat dan menambah kesenjangan antar golongan. Dampak yang dimiliki
juga terjadi apabila wisatawan berbaur dengan masyarakat setempat, masyarakat
meniru perilaku wisatawan. Penduduk setempat tertular oleh kecanduan alkohol,
narkotik, sabu-sabu bahkan pelecehan terhadap moral seksual.
Hal ini
dikatakan lebih tegas oleh Spillane (1995) bahwa dampak sosiologi pariwisata
bagi penerima wisatawan (masyarkat) adalah timbulnya hasrat untuk meniru.
Komersialisasi adat/budaya. Perubahan terhadap dari segi sosiologis ini bukan
saja menyebabkan keretakan hubungan manusiawi antara penerima serta menciptakan
suatu kesenjangan saling pengertian, akan tetapi juga akan timbul kegoncangan
ekonomi.
Menurut
World Tourism Organization yang di sitih oleh Oka A Yoeti mengatakan pengaruh
pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu
:
Polarization
of the population
Penduduk
setempat sudah terpolarisasi, perolehan pendapatan masyarakat tidak
proporsional, kebanyak penduduk ingin menjadi kaya secara mendadak dan berusaha
memburu dolar dengan jalan pintas.
Breakdown of
The family
Dengan
masuknya wisatawan asing yang silih berganti dan terjadinya intesitas pergaulan
antara yang melayani dan yang memberikan pelayanan, timbul ekses negative demi
memenuhi kebutuhan biologis masing-masing.
Development
of the attitudes of a Consumption-Oriented Society; Incident of Phenomena of
Social Pathalogy
Sebagai
akibat berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi pada konsumsi
semata dan pengaruh penyakit masyarakat itu, maka munculah; pelacuran,
kecanduan obat, perdagangan obat bius. Mabuk-mabukan dan ketidakpatuhan
terhadap undang-undang yang berlaku.
Namun
demikian segi positip dari kepariwisataan cukup banyak. Hal itu dapat dilihat
di lapangan seperti hal-hal berikut:
1. Struktur sosial
Sebagai
akibat pengembangan pariwisata, terjadi:
o
Transaksi
kesempatan kerja dari sector pertanian ke sector pelayanan.
o
Modernisasi
dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen.
o
Pemerataan
pendapatan masyarakat di DTW yang dikunjungi wisatawan.
o
Berkurangnya
perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau pekerjaan.
2. Modernisasi keluarga
Kaum wanita
memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi pedagang
acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada kerajinan tangan
dan karyawan hotel.
Terjadi
kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak dari disiplin ketat menjadi
anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya
Peningkatan
dalma wawasan masyarakat
Terjadinya
perubahan tingkah laku kearah yang positif, terutama dalam etiket dan cara
komunikiasi antar sesama.
Dapat
menghilangkan prasangka-prasangka negative terhadap etnis lain
Dan terdapat
juga Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya.
Dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap Sosial Budaya
sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada
penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.. Salah satu hal adalah
dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi,
dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah tatanan perekonomian
sendiri salah satu contoh mengubah mata pencaharian semula yang mereka lakukan
secara tradisional menjadi lebih modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin, 1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah;
b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada masyarakat local.
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah yang laur biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek.
Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan .
a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama dengan sunda lainnya,
Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk symbol simbol
b. Sistem mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan keyakinan.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin, 1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah;
b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada masyarakat local.
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah yang laur biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek.
Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan .
a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama dengan sunda lainnya,
Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk symbol simbol
b. Sistem mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan keyakinan.
Salam dari mahasiswa jurusan pariwisata 2a MBP PNB
Dampak pariwisata dalam bidang
politik
Untuk lebih memahami dampak dari
pariwisata di bidang politik , kita perlu mengetahui definisi dari politik .
politik berasal dari bahasa yunani (politikos) yang berarti kota wilayah, atau
yang berkaitan dengan warga Negara politik merupakanproses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berupa proses pembuatan keputusan ,
khususnya dalam Negara. Definisi ini adalah gabungan dari berbagai definisi
yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik
juga merupakan suatu seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional maupun
nonkonstitusional.
berikut beberapa definisi dari politik :
berikut beberapa definisi dari politik :
·
Politik
adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama(aristoteles)
·
Politik
adalah hal yang berkaitan dengan
penyelengaraan pemerintahan dan Negara.
·
Politik
merupakan kegiatan yang diarah kan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan dimasyarakat.
·
Politik
adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Politik memiliki definisi yang luas ,
kegiatan politik tidak hanya sekedar
mencakup mempertahankan dan mendapatkan kekuasaan saja , tetapi politik
juga mencakup pengaruh ideologi dan peranan suatu negara dalam bidang ekonomi,
sosial budaya .
sehingga munculah istilah HI atau hubungan internasional . HI merupakan salah satu cabang ilmu dari ilmu politik yang memuat hubungan antar Negara baik secara birateral, dan multilateral. Dalam berbagai aspek seperti ekonomi , politik , psriwisata, budaya , pendidikan ,dan lain lain.
sehingga munculah istilah HI atau hubungan internasional . HI merupakan salah satu cabang ilmu dari ilmu politik yang memuat hubungan antar Negara baik secara birateral, dan multilateral. Dalam berbagai aspek seperti ekonomi , politik , psriwisata, budaya , pendidikan ,dan lain lain.
Kejasama antar Negara sering
dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan di negaranya, kesamaan nasib ,
kesamaan geografis, ketergantungan Negara lain ,dan untuk menunjukan keunggulan Negara. Secara tidak langsung Negara Negara tersebut
sudah melakkan kegiatan politik . dengan kemajuan teknologi dan globalisasi
dunia hubungan kerjasama antar Negara sangat sering dilakukan dan membentuk
organisasi organisasi multinasional
seperti APEC, ASEAN , UNI EUROPA dan lian-lain . organisasi organisasi
ini sering melakukan konfrensi di suatu Negara , sehingga dapat meningkatkan
pamor dari Negara itu sendiri . sehingga memajukan perkembangan industri, terutama industri
pariwisata Negara tersebut.
Dampak pariwisata dari aspek politik
Dalam
industry pariwisata keamanan adalah hal yang sangat penting dimana para
wisatawan datang berlibur dan berkunjung
untuk menikmati destinasi yang mereka kunjungi . sehingga jika daerah
wiasta aman maka para wisatawan akan tenang menikmati daerah tujuan wisatanya
dan ini tentu mengangkat pamor dari daerah wisata itu sendiri . banyak kegiatan
multinasional dilakukan di daerah tujuan wisata seperti BALI. Karena bali
dianggap aman , dengaan keramah tamahan penduduknya . sehingga mengangkat pamor
bali dimata dunia. Dan dari pariwisata akan dapat meningkatkan devisa Negara
sehingga baik untuk perekonomian .
Dampak positif pariwisata dalam bidang politik
·
Terjalinnya
hubungan baik dengan negara-negara
lain.
·
Saling
berkunjung dan saling mengenal antar penduduk sehingga dapat memper erat
kesatuan dan persatuan
·
Lebih
banyak mengenal keindaha dan kekayaan tanah air , melalui kunjungan wisata
sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga dan rasa cinta terhadap tanah air
·
Terjaganya
hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata mancanegara,
sehingga terjadi saling kunjung antar bangsa sebagai wisatawan . sebagaimana
halnya dalam pariwisata pada poin pertama
·
Terjadi
kontak kontak langsung yang akan menumbuhkan rasa saling pengertian terhadap
perbedaan
·
Akan
menimbulkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan rasa saling
menghormati.
·
Pemerintah
mendapat defisa tambahan non migas
·
Adanya
pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk menarik
wisatawan untuk berkunjung
Dampak negatif pariwisata dalam bidang politik
·
Kebijakan
dari pemerintah sangat mempengaruhi kondisi pariwisata , seperti kenaikan
bbm, kenaikan pajak usaha pariwisata .
dan lain lain
·
Banyak
terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu .
·
Adanya
ketimpangan pembangunan fasilitas umum
antara desa dan kota(daerah wisata)
·
Adanya
perebutan kekuasaan
Contoh: bali
merupakan destinasi yang aman dan terkenal di dunia , karena budaya , alam ,dan
keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering menjadi tuan rumah dari
kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi apec , ktt
asean, munas partai golkar dan lain-lain .
Kami meminta maaf jika ada salah kata atau lainnya . Kata- kata diatas kita kutip dari beberapa situs-situs.
Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar